Banten sebagai salah satu Provinsi terdekat dengan Ibu
Kota Negara di Jakarta dan sebenarnya memiliki akses terdekat dari Bandara
Internasional Sukarno-Hatta Tangerang memiliki banyak destinasi pariwisata yang
dapat dikunjungi. Selain itu keunikan-keunikan Banten sebagai provinsi yang
kental dengan sejarah dan warisan budayanya juga memiliki berbagai suguhan
kuliner yang unik dan membuat lidah kita bergoyang. Mari kita lihat apa saja
potensi pariwisata unggulan di Banten.
1. Pantai
Sawarna
Terletak di Desa Sawarna, Kecamatan
Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Sebuah pantai yang menyuguhkan keindahan dan pengalaman wisata Pantai dan
ombak bagi penghobi selancar merupakan salah satu tujuan pavorit bagi wisatawan.
Memiliki garis pantai dengan panjang 65 Km, pantai ini memiliki pasir yang
berwarna putih dan sayang jika dilewatkan. Jarak Kecamatan Bayah dari Ibukota
Kabupaten Lebak adalah sekitar 150 Km ditempuh melalui jalur darat. Yang harus
diingat oleh para pengunjung ketika di Pantai ini adalah bahwa pantai ini
merupakan pantai yang berada di bagian selatan Pulau Jawa, dengan tipikal ombak
yang cukup besar sehingga jika para pengunjung ingin berenang harus mengikuti
aturan yang berlaku di tempat tersebut seperti tidak melewati batas aman, serta
menggunakan pelampung jika berenang untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan terjadi.
Kegiatan lain yang dapat
dilakukan di pantai ini adalah Diving, Snorkeling, da nada juga spot Climbing
dan Caving bagi mereka penghobi adrenalin darat di wilayah Pantai Sawarna. Jika
pengunjung berniat untuk menginap di Sawarna, maka tidak sulit menemukan
homestay dan penginapan diwilayah ini. Penginapan ditempat ini harganya
bervariasi antara Rp. 60.000 sampai dengan Rp. 200.000,- permalamnya.
Di Pantai Sawarna terdapat
beberapa spot objek yang terkenal dan banyak pengunjung untuk berkunjung kesana
diantaranya:
1) Pantai
Tanjunglayar
Dipantai ini kita dapat
melihat keindahan dan keunikan batu-batu karang raksasa yang menjulang tinggi
ditengah samudera. Saat ombak tinggi menerjang karang-karang tersebut, kita
akan menyaksikan keindahan yang mempesona.
Dan dipantai inilah merupakan
icon terkenal dari Pantai Sawarna berupa dua buah batu karang raksasa yang
menjulang tinggi menyerupai layar kapal, dan itulah mengapa pantai ini disebut
dengan Pantai Tanjung Layar.
2) Pantai
Pasir Putih
Pantai ini memiliki hamparan
pasir yang landai dan berwarna putih juga luas menghampar. Disinilah biasanya
para peselancar akan turun mencoba ganasnya ombak Sawarna yang terkenal. Selain
surfing, kegiatan yang dapat dilakukan disini berupa Bola Volly Pantai, sepak
bla pantai dan aktivitas lainnya seperti outbond dll yang bisa anda lakukan.
Selain itu hal menarik lainnya adalah anda dapat menyaksikan keindahan
terbenamnya matahari yang begitu mempesona.
3) Pantai
Goa Langir
Diarea pantai sawarna juga
disuguhkan dengan tipikal tebing-tebing yang menjulang tinggi yang unik dan
eksotik salah satunya adalah Goa Langir (Langir=Kalajengking).
Aktivitas selain mengunjungi
Goa juga pengunjung kebanyakan yang datang kesini untuk melakukan aktivitas
Panjat Tebing atau climbing, dengan membawa tenda dan perbekalan anda juga
dapat menginap di daerah ini.
2. Tanjung
Lesung
Pantai Tanjung Lesung terletak
di desa Tanjung Jaya kecamatan Panimbang kabupaten Pandeglang provinsi Banten.
Posisinya terletak di sebelah barat kabupaten Pandeglang dan mempunyai luas
sekitar 150 Ha. Ombak yang tenang namun kuat juga membuat beberapa spot di
Pantai ini dapat di lakukan aktivitas surfing seperti yang sering dilakukan
oleh peselancar Warangas KM 9 Carita yang selalu melakukan aktivitas
selancarnya disini.
Sampai di Tanjung
Lesung anda akan dikenakan biaya tiket masuk sebesar Rp 40.000 Weekday dan
Rp. 50.000 Weekend untuk setiap orangnya. Di pantai Tanjung Lesung ini anda
akan dimanjakan dengan pemandangan hamparan pasir putih yang membentang luas
dan udara laut disertai angin sepoi-sepoi yang khas dan menenangkan.
Hamparan pasir putih sepanjang 15 Km membuat anda mempunyai cukup ruang untuk melakukan aktifitas seperti bermain pasir atau bermain voli pantai dengan leluasa.
Hamparan pasir putih sepanjang 15 Km membuat anda mempunyai cukup ruang untuk melakukan aktifitas seperti bermain pasir atau bermain voli pantai dengan leluasa.
Disekitar wilayah pantai
Tanjung Lesung anda tidak perlu khawatir kelaparan karena tersedia rumah makan
yang mayoritasnya menyediakan hidangan laut atau sea food. Jika anda tidak
makan sea food, banyak pula tempat yang tidak hanya menyediakan sea food.
Bila anda bosan berada di
pantai anda dapat mengunjungi lokasi konservasi terumbu karang yang terdapat di
Karang Gundul, dan Pulau Liwungan. Dimana banyak aktivitas yang dapat
dilakukan ditempat ini seperti snorkeling dan diving.
Jarak yang anda tempuh dari
Jakarta menuju Tanjung Lesung hanya sekitar 160 Km, atau sekitar 2,5 hingga 3
jam perjalanan menggunakan kendaraan pribadi. Jika anda berencana untuk
menginap, disana tersedia berbagai tempat menginap seperti hotel, villa, resort
dan homestay. Harganya pun bervariasi mulai dari Rp. 200.000 hingga Rp. 3 juta
per malam.
3. Banten
Lama
Banten lada adalah nama daerah
di Provinsi Banten yang awalnya merupakan Pusat pemerintaha Kesultanan Banten,
dimana disinilah terdapat sisa-sisa bangunan yang masih dapat kita saksikan
keberadaannya sebagai saksi sejarah keberadaan Banten dimasa itu. Spot yang
dapat dikunjungi disini adalah:
1) Mesjid
Agung Banten
Terletak di kelurahan Banten,
kecamatan Kasemen, Kota Serang, Masjid Agung Banten Lama didirikan pada masa
kepemimpinan Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570) pada tahun 1556. Maulana
Hasanuddin merupakan raja pertama yang memerintah Banten dengan corak
pemerintahan Islam dan digelari sebagai Panembahan Surosowan.
Sewaktu menjadi raja pertama kerajaan Banten pada 1552, Maulana Hasanuddin kemudian membangun Masjid Agung. Kekuasannya yang bercorak Islam terbentang dari Banten, Jayakarta, Karawang, Lampung, Indrapura sampai ke Solebar waktu itu. Maulana Hasanuddin wafat pada tahun 1570 dan digantikan Maulana Yusuf.
Di komplek masjid, ada menara dengan ketinggian 24 meter dengan lingkaran 20 meter. Arsitek pembangunan masjid ini adalah Lucas Cardeel pada masa pemerintahan Sultan Haji (1672-1687). Di masa sultan Haji ini juga dibangun Tiamah atau bangunan segi empat yang berarsitektur Belanda di bagian selatan. Di bangunan Tiamah ini katanya sering digunakan sebagai tempat musyawarah.
Sewaktu menjadi raja pertama kerajaan Banten pada 1552, Maulana Hasanuddin kemudian membangun Masjid Agung. Kekuasannya yang bercorak Islam terbentang dari Banten, Jayakarta, Karawang, Lampung, Indrapura sampai ke Solebar waktu itu. Maulana Hasanuddin wafat pada tahun 1570 dan digantikan Maulana Yusuf.
Di komplek masjid, ada menara dengan ketinggian 24 meter dengan lingkaran 20 meter. Arsitek pembangunan masjid ini adalah Lucas Cardeel pada masa pemerintahan Sultan Haji (1672-1687). Di masa sultan Haji ini juga dibangun Tiamah atau bangunan segi empat yang berarsitektur Belanda di bagian selatan. Di bangunan Tiamah ini katanya sering digunakan sebagai tempat musyawarah.
Sebagaimana bangunan masjid
kuno, ada kulah atau kolam yang biasa digunakan sebagai tempat berwudu di depan
masjid. Berdasarkan catatan yang menempel di dinding, renovasi terhadap masjid
ini pernah dilakukan beberapa kali yaitu pada tahun 1969 oleh Bhakti Siliwangi
Korem 64 Maulana Yusuf, pemugaran juga dilakukan pada tahun 1975 atas bantuan
Pertamina yang waktu itu dipimpin Ibnu Sutowo, dan rehabilitasi atas bantuan
masyarakat pada tahun 1991.
Di komplek masjid ini juga ada
makam Sultan Maulana Hasanuddin, Sultan Maulana Muhamnad Nasaruddin, Pangeran
Ratu (istri Maulana Hasanuddin), Sultan Abdul Abdul Fadhal dan Sultan Abu Nasir
Abdul Kohar atau yang dikenal sebagai Sultan Haji, dan Sultan Abul Mufakhir
Muhammad Aliyudin, dan Sultan Ageng Tirtayasa.
Setiap tahunnya, ribuan orang biasanya datang ke masjid Agung Banten untuk melakukan ziarah. Setiap hari libur, para peziarah datang mendoakan Sultan Maulana Hasanuddin atau ke makam-makam di komplek masjid. Khusus di malam Jumat, biasanya akan lebih ramai orang akan datang ke sini.
Setiap tahunnya, ribuan orang biasanya datang ke masjid Agung Banten untuk melakukan ziarah. Setiap hari libur, para peziarah datang mendoakan Sultan Maulana Hasanuddin atau ke makam-makam di komplek masjid. Khusus di malam Jumat, biasanya akan lebih ramai orang akan datang ke sini.
2) Keraton
Surosowan
adalah sebuah keraton di Banten.
Keraton ini dibangun sekitar tahun 1522-1526 pada masa
pemerintahan Maulana Hasanuddin, yang
kemudian dikenal sebagai pendiri dari Kesultanan
Banten.
Selanjutnya pada masa penguasa
Banten berikutnya bangunan keraton ini ditingkatkan bahkan konon juga
melibatkan ahli bangunan asal Belanda, yaitu Hendrik Lucasz Cardeel,
seorang arsitek berkebangsaan Belanda yang
memeluk Islam yang bergelar Pangeran Wiraguna. Dinding pembatas
setinggi 2 meter mengitari area keraton sekitar kurang lebih 3 hektare.
Surowowan mirip sebuah benteng Belanda yang kokoh dengan bastion (sudut
benteng yang berbentuk intan) di empat sudut bangunannya. Sehingga pada masa
jayanya Banten juga disebut dengan Kota Intan.
Saat ini bangunan di dalam
dinding keraton tak ada lagi yang utuh. Hanya menyisakan runtuhan dinding dan
pondasi kamar-kamar berdenah persegi empat yang jumlahnya puluhan.
3) Museum
Kepurbakalaan Banten
Museum Situs Kepurbakalaan
Banten Lama mempunyai luas tanah kurang lebih 10.000 m2 dan bangunan kurang
lebih 778 m2. Dibangun dengan gaya arsitektur tradisional Jawa Barat seperti
yang terlihat pada bentuk atapnya. Museum yang terletak antara Keraton Surosowan
dan Masjid Agung Banten Lama ini menyimpan banyak benda-benda purbakala.
Dilihat dari bentuk bangunannya Museum Situs Kepurbakalaan lebih mirip seperti
sebuah rumah yang kemudian dialihfungsikan menjadi museum.
Dari sekian banyak benda-benda
purbakala yang menjadi koleksinya, benda-benda tersebut dibagi menjadi 5
kelompok besar.
· Arkeologika, benda-benda yang digolongkan dalam
kategori ini adalah Arca, Gerabah, Atap, Lesung Batu, dll.
· Numismatika, koleksi bendanya berupa Mata Uang,
baik Mata Uang lokal
maupun Mata Uang asing
yang dicetak oleh masyarakat Banten.
· Etnografika, benda-benda koleksinya berupa
miniatur Rumah Adat Suku Baduy dan
berbagai macam Senjata Tradisional dan
juga senjata peninggalan Kolonial seperti Tombak, Keris, Golok, Meriam, Pistol,
dll.
· Keramologika, yaitu benda-benda koleksi berupa
macam-macam Keramik.
Keramik yang tersimpan berasal dari berbagai tempat seperti Burma, Vietnam, China, Jepang, Timur Tengah dan Eropa. Tidak ketinggaln
pula keramik lokal asal Banten yang biasanya lebih dikenal dengan sebutan Gerabah dan
biasanya gerabah ini digunakan sebagai alat-alat rumah tangga.
· Seni rupa, yang termasuk didalamnya adalah
benda-benda seni seperti Lukisan atau Sketsa.
Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama ini menyimpan banyak koleksi lukisan
tetapi hampir keseluruhannya adalah lukisan hasil reproduksi.
Selain menyimpan benda-benda
koleksi kepurbakalaannya di dalam ruangan, terdapat dua Artefak yang
disimpan di halaman Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama, yaitu artefak Meriam Ki
Amuk dan juga alat penggilingan Lada. Yang paling terkenal
adalah Meriam Ki Amuk, meriam yang terbuat dari tembaga dengan tulisan arab
yang panjangnya sekitar 2,5 meter ini merupakan bantuan dari Ottoman Turki.
Konon Meriam Ki Amuk memiliki kembaran
yaitu Meriam Ki Jagur yang
saat ini tersimpan di halaman belakang Museum
Fatahillah Jakarta. Sedangkan alat penggilingan lada yang terbuat dari
batu padas yang sangat keras telah hancur menjadi beberapa bagian. Pada zaman
dahulu Banten memang dikenal sebagai penghasil lada, itulah yang menyebabkan
Belanda datang ke Banten, salah satunya ingin menguasai produksi lada.
4) Vihara
Avalokitesvara
Vihara ini
merupakan salah satu Vihara tertua di Indonesia.
Keberadaan Vihara ini diyakini merupakan bukti bahwa pada saat itu
penganut Agama yang
berbeda dapat hidup berdampingan dengan damai tanpa Konflik yang
berarti.
Kondisi di dalam Vihara ini
sendiri sejuk karena banyak pepohonan rindang dan terdapat tempat duduk yang
nyaman untuk beristirahat. Selasar koridor Vihara yang menghubungkan bangunan
satu dengan yang lainnya ini terdapat relief cerita hikayat Ular Putih, yang
dilukis dengan berwarna-warni sebagai elemen estetis.
5) Benteng
Spellwizk
Lokasi tidak jauh dari Masjid Agung Banten, benteng ini dibangun
sekitar tahun 1585 (menurut
informasi lainnya tahun 1682). Dahulunya Benteng Spellwijk digunakan sebagai Menara Pemantau yang
berhadapan langsung ke Selat Sunda dan sekaligus berfungsi
sebagai penyimpanan meriam-meriam dan alat pertahanan lainnya. Di tempat ini
juga terdapat sebuah Terowongan yang katanya terhubung dengan Keraton
Surosowan.
6) Keraton
Kaibon
Istana Kaibon adalah
sebuah Istana tempat
tinggal Ratu Aisyah, ibunda
dari Sultan Syaifuddin.
Bentuknya hanyalah tinggal Reruntuhan saja.
Disampingnya ada sebuah Pohon besar dan sebuah Kanal. Menurut penduduk
sekitar, dulunya ini adalah sebuah Istana yang
sangat megah. Namun, Pada tahun 1832, Belanda menghancurkannya
saat terjadi peperangan melawan Kerajaan
Banten.
7) Tasikardi
Danau ini terletak tidak jauh
dari Istana Kaibon, Konon, danau tersebut luasnya 5 hektare dan bagian dasarnya
dilapisi oleh batu bata, Pada masa itu danau ini dikenal
dengan nama "Situ Kardi" yang memiliki sistem ganda, selain sebagai
penampung air di Ci Banten yang digunakan sebagai pengairan persawahan, danau ini juga
dimanfaatkan sebagai pasokan air bagi keluarga keraton dan masyarakat sekitarnya. Air
dialirkan dari pipa-pipa yang
terbuat dari terakota berdiameter 2–40 cm. Sebelum digunakan air
danau harus disaring dan diendapkan di penyaringan khusus yang dikenal
dengan Pengindelan Abang atau Penyaringan
Merah, Pengindelan Putih atau Penyeringan Putih, dan Pengeindelan
Emas atau Penyaringan Emas.
4. Mercusuar
Anyer
Anyar atau
anyer adalah nama sebuah kecamatan di Kabupaten serang, Provinsi Banten,
Indonesia. Sebagai daerah pesisir pantai anyer tidak hanya terdapat wisata alam
pantai yang indah, karena daerahnya yang dipesisir pantai maka anyer juga
memiliki mercusuar yang pada saat itu digunakan untuk sarana bantu
navigasi kapal di laut.
Menara suar ini diyakini
sebagai titik nol atau titik awal dari pembangunan jalan Anyer-Panarukan oleh
Gubernur Jenderal Hindia Belanda Daendels. Pada pintu masuk mercusuar terdapat
tulisan bahwa mercusuar ini dibangun pada tahun 1885. Menurut penuturan penjaga
mercusuar, pada awalnya mercusuar ini dibangun pada tahun 1806, proyek jalan
Anyer-Panarukan baru dijalankan tahun 1825. Saat gunung krakatau meletus pada
tahun 1883, mercusuar ini hancur, hanya menyisakan pondasinya saja. Dan, dua
tahun kemudian, yaitu tahun 1885, di bawah pemerintahan Z.M Willem III
mercusuar ini kembali dibangun. Sebagaimana terlihat dengan tulisan di atas
pintu masuk, yaitu:
Onder De Regeering Van
Z.M. Willem III
Koning Der Nederlanden
.N.Z C.N.Z C.N.Z
OPGERICHT VOOR VAST LICHT 21
GROOTTE.
VER VERVANGING VAN DEN STEENEN
LICHTTOREN
IN 1883 BV DE RAMP VAN
KRAKATAU VERNIELD
1885
Bangunan mercusuar yang berdiri saat ini adalah bangunan baru. Dan lokasinya berbeda dengan bangunan awal. Mercusuar yang saat ini dibangun 500m lebih ke daratan, sementara untuk pondasi mercusuar lama saat ini dijadikan sebagai tugu nol kilometer. Bangunan setinggi 75,5meter ini masih kokoh berdiri hingga sekarang. Dinding bangunan terbuat dari baja setebal 2,5-3cm. Dinding bangunannya secara rutin di cat ulang sedangkan bagian dalam selalu dibersihkan agar tidak licin. Di bagian belakang bangunan tertera tulisan:
VERVAARDIGO DOOR DE FIRMA
L.I.E.N.T.H.O.V.E.N & c.o
's CRAVENHAGE
HOLLAND
1885
Tulisan tersebut menerangkan
nama perusahaan yang membangun mercusuar ini, yaitu L.I.E.N.T.H.O.V.E.N &
c.o. Di bagian tengah mercusuar terdapat bangunan kecil yang menjulang ke atas.
Ini adalah sumbu atau penyangga dari mercusuar. Untuk mencapai puncak tertinggi
mercusuar, pengunjung harus naik tangga manual 286 anak tangga dari 18 lantai.
5. Festival
Cisadane
Kegiatan yang dilaksanakan di
Kota Tangerang ini tepatnya di Lokasi: Banten, Bantaran Kali
Cisadane merupakan kegiatan dengan tujuan Mempromosikan potensi
wisata dan media hiburan atau pesta rakyat agar mampu memberikan tampilan yang
menjadi daya tarik wisatawan.
Kegiatan dan
tradisi yang dilsakan adalah: Lomba perahu naga, perahu
tradisional (kole-kole), bazar dan pagelaran seni tradisional
6. Taman
Nasional Ujung Kulon
Taman Nasional Ujung Kulon terletak
di bagian paling barat Pulau Jawa, Indonesia. Kawasan taman nasional ini pada mulanya meliputi
wilayah Krakatau dan
beberapa pulau kecil di sekitarnya seperti Pulau
Handeuleum dan Pulau Peucang dan Pulau
Panaitan. Kawasan taman nasional ini mempunyai luas sekitar 122.956
Ha; (443 km² di antaranya adalah laut), yang dimulai dari Semenanjung
Ujung Kulon sampai dengan Samudera
Hindia.
Ujung Kulon merupakan taman
nasional tertua di Indonesia yang sudah diresmikan sebagai salah satu Warisan
Dunia yang dilindungi oleh UNESCO pada tahun 1991, karena wilayahnya
mencakupi hutan lindung yang sangat luas. Sampai saat ini kurang lebih 50
sampai dengan 60 badak hidup di habitat ini.
Pada awalnya Ujung Kulon
adalah daerah pertanian pada beberapa masa sampai akhirnya hancur lebur dan
habis seluruh penduduknya ketika Gunung Krakatau meletus pada
tanggal 27 Agustus 1883 yang akhirnya
mengubahnya kawasan ini kembali menjadi hutan.
Tiket masuk ke Taman Nasional
ini dapat diperoleh di kantor Balai Taman Nasional di Labuan atau
di pos Tamanjaya. Fasilitas penginapan terdapat di desa Tamanjaya, Pulau
Handeuleum dan Pulau Peucang.
Kawasan Ujung Kulon pertama kali
diperkenalkan oleh seorang ahli Botani Jerman, F. Junghun pada Tahun 1846, ketika sedang mengumpulkan tumbuhan tropis. Pada masa itu
kekayaan flora dan fauna Ujung Kulon sudah mulai dikenal oleh para peneliti.
Bahkan perjalanan ke Ujung Kulon ini sempat masuk di dalam jurnal ilimiah
beberapa tahun kemudian. Tidak banyak catatan mengenai Ujung Kulon sampai
meletusnya gunung Krakatau pada tahun 1883. Namun kemudian kedahsyatan letusan Krakatau yang menghasilkan gelombang Tsunami setinggi kurang lebih 15 meter, telah
memporak-porandakan tidak hanya pemukiman penduduk di Ujung Kulon, tetapi juga
menimpa satwaliar dan vegetasi yang ada. Meskipun letusan Krakatau telah
menyapu bersih kawasan Ujung Kulon, akan tetapi beberapa tahun kemudian
diketahui bahwa ekosistem-vegetasi dan satwaliar di Ujung Kulon tumbuh baik
dengan cepat.
7. Baduy
Urang Kanekes, Orang Kanekes atau Orang
Baduy/Badui merupakankelompok masyarakat adat suku Banten di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Populasi mereka sekitar 26.000 orang, dan mereka merupakan
salah satu suku yang mengisolasi diri mereka dari dunia luar.
Sebutan "Baduy"
merupakan sebutan yang diberikan oleh penduduk luar kepada kelompok masyarakat
tersebut, berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang
agaknya mempersamakan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang
merupakan masyarakat yang berpindah-pindah (nomaden). Kemungkinan lain adalah
karena adanya Sungai Baduy dan Gunung Baduy yang ada di bagian utara dari
wilayah tersebut. Mereka sendiri lebih suka menyebut diri sebagai urang
Kanekes atau "orang Kanekes" sesuai dengan nama wilayah mereka,
atau sebutan yang mengacu kepada nama kampung mereka seperti Urang Cibeo (Garna,
1993).
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, penulisan
yang tepat adalah "Badui" dan bukan "Baduy".
Wilayah Kanekes secara
geografis terletak pada koordinat 6°27’27” – 6°30’0” LS dan 108°3’9” –
106°4’55” BT (Permana, 2001). Mereka bermukim tepat di kaki pegunungan Kendeng
di desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Rangkasbitung, Banten,
berjarak sekitar 40 km dari kota Rangkasbitung. Wilayah yang merupakan bagian
dari Pegunungan Kendeng dengan ketinggian 300 – 600 m di atas permukaan laut
(DPL) tersebut mempunyai topografi berbukit dan bergelombang dengan kemiringan
tanah rata-rata mencapai 45%, yang merupakan tanah vulkanik (di bagian utara),
tanah endapan (di bagian tengah), dan tanah campuran (di bagian selatan). suhu
rata-rata 20 °C. Tiga desa utama orang Kanekes Dalam adalah Cikeusik, Cikertawana, dan Cibeo.
Bahasa yang mereka gunakan
adalah Bahasa Sunda. Untuk berkomunikasi dengan
penduduk luar mereka lancar menggunakan Bahasa Indonesia, walaupun mereka tidak
mendapatkan pengetahuan tersebut dari sekolah. Orang Kanekes Dalam tidak
mengenal budaya tulis, sehingga adat-istiadat, kepercayaan/agama, dan cerita
nenek moyang hanya tersimpan di dalam tuturan lisan saja.
Orang Kanekes tidak mengenal
sekolah, karena pendidikan formal berlawanan dengan adat-istiadat mereka.
Mereka menolak usulan pemerintah untuk membangun fasilitas sekolah di desa-desa
mereka. Bahkan hingga hari ini, walaupun sejak era Soeharto pemerintah
telah berusaha memaksa mereka untuk mengubah cara hidup mereka dan membangun
fasilitas sekolah modern di wilayah mereka, orang Kanekes masih menolak usaha
pemerintah tersebut.
Orang Kanekes memiliki
hubungan sejarah dengan orang Sunda. Penampilan fisik dan bahasa mereka
mirip dengan orang-orang Sunda pada umumnya. Satu-satunya perbedaan adalah
kepercayaan dan cara hidup mereka. Orang Kanekes menutup diri dari pengaruh
dunia luar dan secara ketat menjaga cara hidup mereka yang tradisional,
sedangkan orang Sunda lebih terbuka kepada pengaruh asing dan mayoritas memeluk
Islam.
Masyarakat Kanekes secara umum
terbagi menjadi tiga kelompok yaitu tangtu, panamping, dan dangka (Permana,
2001).
Kelompok tangtu adalah
kelompok yang dikenal sebagai Kanekes Dalam (Baduy
Dalam), yang paling ketat mengikuti adat, yaitu warga yang tinggal di tiga
kampung: Cibeo, Cikertawana, dan Cikeusik. Ciri khas Orang Kanekes Dalam adalah
pakaiannya berwarna putih alami dan biru tua (warna tarum) serta memakai ikat
kepala putih. Mereka dilarang secara adat untuk bertemu dengan orang asing.
Kanekes Dalam adalah bagian
dari keseluruhan orang Kanekes. Tidak seperti Kanekes Luar, warga Kanekes Dalam
masih memegang teguh adat-istiadat nenek moyang mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar