10 April 2022

Jenis-jenis Kain Tenun di Baduy

Tulisan sebelumnya membahas mengenai tenun secara umum, nah kali ini kita akan mencoba untuk membuka lebih jelas apa saja jenis tenun atau motif tenun yang ada di Baduy.

Beberapa jenis tenun yang dihasilkan tangan terampil masyarakat baduy adalah sebagai berikut:

  • Tenun Aros atau Samping Aros
Tenun Aros atau samping aros adalah merupakan salah satu jenis tenun yang diperuntukan bagi masyarakat Baduy dalam (meskipun saat ini sudah digunakan juga oleh masyarakat Baduy luar dan dibeli oleh orang luar Baduy) yang hingga saat ini masih tetap digunakan dan tidak tersentuh perubahan. Tenun ini hanya boleh digunakan oleh pria masyarakat Baduy dalam.

Motif kain tenun ini terdiri dari kain berwarna hitam dengan garis-garis putih tipis, dimana garis-garis tersebut membedakan hierarki dari penggunanya. Semakin jarang garisnya, semakin tinggi posisi atau kedudukannya di masyarakat Baduy dalam (Tangtu).


Tenun aros sendiri memiliki makna yang cukup dalam, makna yang tersirat dalam tenun aros mengandung pemahaman tentang satu kesatuan kehidupan, dimana dua warna yang berbeda dalam satu tenunan (gelap dan terang) mewakili kehidupan dunia yang berpasang-pasangan, dimana gelap mewakili kehidupan sebelum ada cahaya dan terang mewakili kehidupan setelah ada cahaya.







  • Tenun Adu Mancung
Adu mancung adalah jenis tenunan yang berbentuk selendang, dimana motif pada kain tenun adu mancung ini sendiri berada pada masing-masing ujung dari kain tersebut, kain ini sendiri biasanya digunakan oleh para pria Baduy dalam acara-acara adat seperti pernikahan dan juga upacara ngaseuk atau menanam padi. Dalam penggunaannya, kain tenun adu mancung berfungsi sebagai pengikat kain "Samping hideung" (poleng) yang digunakan seperti sarung. Sementara dalam kegiatan lainnya, kain adu mancung sendiri digunakan dalam acara "nanyaan" (lamaran), dimana dalam prosesnya, kain ini adalah merupakan barang yang harus diberikan oleh pihak wanita kepada pihak pria sebagai mahar atau "pamahugi" dan atau hadiah pernikahan dari wanita kepada pria.


Karena tingkat kesulitan yang lumayan dalam membuat kain tenun ini, para penenun biasanya memerlukan waktu yang agak lama, biasanya para penenun akan memerlukan waktu sekitar 20 hari dalam sekali produksi, karena itulah jenis tenun adu mancung ini tidak banyak ditemukan dijajakan oleh warga masyarakat Baduy di Desa Kanekes.

Tenun adu mancung memiliki motif segi tiga yang ujungnya saling bertemu, dimana makna dari motif segi tiga yang ada pada kain ini sendiri menggambarkan harapan dari dua insan yang saling bertemu dan bersatu menjadi satu ikatan dalam menjalankan roda kehidupan dengan damai.

selain menjadi mahar atau mas kain, tenun adu mancung ini sendiri menjadi suatu barang yang sangat berharga, dan masyarakat Baduy secara turun temurun menjadikan ini sebuah tradisi dimana kain tenun adu mancung ini dijadikan sebagai jimat atau pusaka tersendiri 





  • Tenun Seuat Songket
Tenun Seuat Songket merupakan kain berbentuk selendang memiliki bentuk dan fungsi yang hampir sama dengan tenun adu mancung. Kain yang lebih kecil (berbentuk selendang) digunakan oleh para pria sebagai ikat pinggang (sama dengan fungsi kain tenun adu mancung), sementara jain yang lebih lebar berfungsi sebagai "pangais" atau digunakan untuk menggendong, baik untuk menggendong bayi, maupun digunakan untuk menggendong kayu bakar dan lain sebagainya.

Kain tenun seuat songket yang biasa digunakan untuk keperluan upacara adat biasanya memiliki warna hitam dan putih, atau ada juga yang menggunakan warna biru tua dan putih, namun dalam keseharian, kain tenun seuat songket ini sendiri sudah dimodifikasi sesuai dengan permintaan pasar atau konsumen yang akan membeli kain tersebut. 

Kain tenun songket sendiri tidak memiliki nilai filosofi tersendiri, dalam artian kain ini dapat digunakan secara umum. Fungsi kain ini sendiri lebih menekankan nilai fungsional daripada nilai simboliknya.

  • Tenun Poleng
kain jenis ini adalah kain tenun yang paling banyak ditemukan dan digunakan oleh masyarakat adat Baduy, kain tenun ini banyak digunakan untuk keperluan sehari-hari dan juga digunakan untuk keperluan upacara adat yang berfungsi sebagai pelengkap.


Kain tenun poleng sendiri memiliki beragam jenis, ukuran, dan warna, dimana pada umumnya memiliki motif kotak-kotak. Penggunaannya sendiri sudah diatur secara adat, dimana penggunaan kain dalam keidupan sehari-hari masyarakat akan lebih cenderung menggunakan kain berwarna Biru-hitam, sementara dalam acara kematian masyarakat kebanyakan akan menggunakan warna merah.

Kain Tenun poleng sendiri memiliki jenis turunan, yaitu: Poleng kacang hereng dan poleng Magrib.

  • Poleng Kacang Hereng
Poleng kacang hereng sendiri dulunya tidak diperjual belikan scara umum, kain ini biasanya dibuat khusus untuk masyarakat adat Baduy sendiri untuk keperluan upacara adat dan juga "balik ka ambuan" (berkunjung ke Baduy dalam) sehingga ketika akan pulang ke tempat asal mereka, masyarakat harus menggunakan pakaian yang layak atau masih baru 

  • Poleng Magrib
Seperti halnya kain tenun poleng kacang hereng, kain poleng magrib ini sendiri tidak memiliki arti khusus dalam penggunaannya, hanya saja jenis kain ini memiliki warna sebagai simbol memperingati sebuah peristiwa, seperti contihnya jika kain ini berwarna merah, maka digunakan untuk kematian. Kain ini sendiri sedikit berbeda dalam penggunaannya, selain digunakan sebagai penutup keranda pada acara kematian di Baduy, juga digunakan sebagai barang seserahan (hadiah) yang diberikan kepada para sesepuh Baduy dalam prosesi adat kematian masyarakat Baduy.b

begitu pentingnya kain  dalam budaya masyarakat Baduy, dimana masyarakat Baduy sendiri menggunakan kain tenun dari mulai mereka dilahirkan sampai dengan acara kematian, hal ini menjadikan kain sebagai salah satu tradisi yang wajib mereka gunakan dalam prosesnya, tidak hanya menjadikan kain tenun ini sebagai kebutuhan sandang, tetapi juga menjadi kebutuhan dalam pelengkap acara-acara adat dalam kehidupan masyarakat Baduy sendiri.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar