Siapa yang tidak tahu minuman yang bernama kopi? Secara umum kita mengenal 2 jenis kopi yaitu Arabika dan Robusta. Dan memang 2 jenis inilah yang peling populer dari total sekitar 124 spesies kopi yang ada di dunia.
Dari kedua jenis kopi di atas, di Indonesia kini Arabika menjadi jenis kopi yang diminati akhir-akhir ini karena memiliki rasa yang bervariasi dan kira-kira hampir setiap orang sepakat bahwa arabika menghasilkan rasa yang paling enak daripada saudara dekatnya robusta.
Namun tetap saja, ada kekurangan dan kelebihan diantara keduanya, dimana jenis Arabika lebih mudah terserang hama dibandingkan dengan jenis kopi robusta, sementara itu, untuk mengakalinya jenis kopi robusta haruslah ditanam diatas ketinggian tertentu agar hama tidak dapat mencapai tumbuhan robusta (mungkin biar hamanya kecapean naek gunung kali ya... ). Sementara jenis kopi Arabika, mereka memiliki keunggulan agronomik dimana mereka lebih mudah di budidayakan dan lebih tahan dari serangan hama (tahan banting guys).
sementara dari sisi kandungan kafein, Robustalah yang mengandung kafein lebih banyak daripada jenis kopi arabika, dimana kandungannya dua kali lebih banyak (buka maruk ya...) nah sampe-sampe ada istilah dalam bukunya Shawn Steiman yang berjudul The Little Coffee Know It All menyebutkan bahwa "kafein yang murah adalah kafein yang baik..." hehehehehehe (iya lah, orang maen ke kafe harga secangkirnya lumayan bikin kantong jebol).
Kualitas kopi pada dasarnya adalah bagaimana cara kita memperlakukan kopi itu sendiri agar menjadi layak untuk dinikmati, sementara itu di Indonesia, kopi menjadi sesuatu yang lumrah dinikmati dengan bentuknya yang hangus dan rasa arangnya yang kental. Nah disini penulis menjadi penasaran bagaimana sampai masyarakat kita mengolah kopi dengan rasa yang begitu pahit padahal para perendang kopi saat ini mengolah kopi dengan begitu nikmatnya, sehingga jika kita meminum kopi arabika rasa yang keluar jadinya manis, asem dan bahkan asin kayak permen...
Apakah adat istiadat masyarakat kita tentang perlakuannya terhadap kopi yang menjadikan kopi itu seolah benar-benar tidak berharga? ah ini perlu penelitian lebih lanjut, karena hal tersebut baru menurut perkiraan saya saja.
baiklah, kembali ke secangkir kopi.
meskipun penulis bukan ahli dalam pembuatan kopi, namun penulis juga suka mengolah kopi dengan berbagai metode manual, karena keterbatasan alat dan dana tentunya. Namun dirumah biasanya penulis menggunakan metode saring yang dilakukan untuk meracik secangkir kopi.
Sampai disini dulu pembicaraan singkat mengenai secangkir kopi, dan nanti akan kita lanjutkan pembahasan lebih dalam lagi. ok tetap pantau terus blog ane gan... (terimakasih)
Dari kedua jenis kopi di atas, di Indonesia kini Arabika menjadi jenis kopi yang diminati akhir-akhir ini karena memiliki rasa yang bervariasi dan kira-kira hampir setiap orang sepakat bahwa arabika menghasilkan rasa yang paling enak daripada saudara dekatnya robusta.
Namun tetap saja, ada kekurangan dan kelebihan diantara keduanya, dimana jenis Arabika lebih mudah terserang hama dibandingkan dengan jenis kopi robusta, sementara itu, untuk mengakalinya jenis kopi robusta haruslah ditanam diatas ketinggian tertentu agar hama tidak dapat mencapai tumbuhan robusta (mungkin biar hamanya kecapean naek gunung kali ya... ). Sementara jenis kopi Arabika, mereka memiliki keunggulan agronomik dimana mereka lebih mudah di budidayakan dan lebih tahan dari serangan hama (tahan banting guys).
sementara dari sisi kandungan kafein, Robustalah yang mengandung kafein lebih banyak daripada jenis kopi arabika, dimana kandungannya dua kali lebih banyak (buka maruk ya...) nah sampe-sampe ada istilah dalam bukunya Shawn Steiman yang berjudul The Little Coffee Know It All menyebutkan bahwa "kafein yang murah adalah kafein yang baik..." hehehehehehe (iya lah, orang maen ke kafe harga secangkirnya lumayan bikin kantong jebol).
Kualitas kopi pada dasarnya adalah bagaimana cara kita memperlakukan kopi itu sendiri agar menjadi layak untuk dinikmati, sementara itu di Indonesia, kopi menjadi sesuatu yang lumrah dinikmati dengan bentuknya yang hangus dan rasa arangnya yang kental. Nah disini penulis menjadi penasaran bagaimana sampai masyarakat kita mengolah kopi dengan rasa yang begitu pahit padahal para perendang kopi saat ini mengolah kopi dengan begitu nikmatnya, sehingga jika kita meminum kopi arabika rasa yang keluar jadinya manis, asem dan bahkan asin kayak permen...
Apakah adat istiadat masyarakat kita tentang perlakuannya terhadap kopi yang menjadikan kopi itu seolah benar-benar tidak berharga? ah ini perlu penelitian lebih lanjut, karena hal tersebut baru menurut perkiraan saya saja.
baiklah, kembali ke secangkir kopi.
meskipun penulis bukan ahli dalam pembuatan kopi, namun penulis juga suka mengolah kopi dengan berbagai metode manual, karena keterbatasan alat dan dana tentunya. Namun dirumah biasanya penulis menggunakan metode saring yang dilakukan untuk meracik secangkir kopi.
Sampai disini dulu pembicaraan singkat mengenai secangkir kopi, dan nanti akan kita lanjutkan pembahasan lebih dalam lagi. ok tetap pantau terus blog ane gan... (terimakasih)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar